Di masa lalu di bumi Celebes Nusantara, hiduplah kaum yang dipercaya sebagai titisan Dewata. Mereka bukan pria, bukan pula wanita. Mereka adalah kaum bissu, kaum yang menjadi pemimpin spiritual dari era Bugis kuno. Kaum trans bergender non-biner yang mengabdi sebagai imam besar populasi Bugis setempat.
Keberadaan mereka tertera dalam naskah La Galigo.Kitab tertua kebudayaan Bugis, yang menyatakan peran penting Bissu untuk keberlangsungan kerajaan, terutama di era pra-Islam.
Seorang Bissu dipandang sebagai percampuran manusia dan dewa. Mereka mempraktikkan ritual spiritual ataupun penyembuhan saat upacara pernikahan serta menjelang musim panen. Sayangnya, pandangan positif terhadap Bissu itu mulai berubah beberapa dekade lalu, dan kini hampir punah.
Pangkajene Kepulauan atau dikenal dengan Pangkep ini, dan saya memotret alam dan budaya yang masih terjaga disini. kami berkunjung ke Rumah Arajang. Rumah tempat penyimpanan benda pusaka dari peninggalan Kerajaan Bugis. Di mana tempat Bissu tinggal.
Kami berbincang dengan dengan generasi Bissu ketujuh, Bissu Eka dan bissu Nani, sebagai prolog riset kami untuk memetakan sejarah, budaya dan alam kabupaten Pangkep. Bissu ini diterima di masyarakat Segeri Sulawesi Selatan, mereka masih menjaga tradisi ini pada saat sebelum membajak sawah dan ritual ritual tertentu didaerah ini. namun Bissu terancam punah, karena sedikitnya regenerasi.
Text by Ayu Arman (Book Writer)
Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer & Videographer).
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
https://www.youtube.com/barrykusuma (Barry Kusuma Youtube Channel)